Rabu, 29 Oktober 2008

beberapa kisah teladan

Seorang pemuda yang masih belia tampak begitu klelahan dan kehausan. Maka tatkala tiba di disuatu oase yang bening airnya dengan tnaman rindang disekelilingnya, penunggang kuda itu menghentikan kudanya dan turun ditempat tersebut. Ia berbaring, lalu meletakkan sebuah bungkusan disampingnya. Matahari sangat terik, namun disitu amat teduh, sehingga tanpa sengaja ia tertidur pulas setelah memuaskan dahaganya dengan meminum air bening di oase tadi.
Ketika ia terjaga, matahari mulai condong. Ia sedang mengejar waktu karena ibunya sakit keras. Tampaknya ia anak seorang yang kaya raya, terlihat dari pakaiannya yang mewah dan kudanya yang mahal. Dengan tergesa-gesa ia melompat ke punggung kuda dan bungkusannya tertinggal karena ia hanya berpikir untuk segera tiba dirumah menunggui ibunya yang sedang sekarat. Bapaknya sudah meninggal dibunuh orang beberapa tahun yang lalu.
Tidak lama setelah ia meninggalkan tempat tersebut, seorang penggembala lewat ditempat tersebut. ia terkesima melihat ada sebuah bungkusan kain tergeletak dibawah pohon. Diambilnya bungkusan itu, lalu dibawanya pulang kegubuknya yang buruk. Alangkah gembiranya hati si anak gembala tersebut tatkala melihat bungkusan tersebut ternyata isinya emas dan perak yang sangat berharga. Ia yatim piatu dan masih kecil sehingga penemuan itu di anggapnya merupakan hadiah baginya. ketika tempat tadi sudah sepi, seorang kakek yang sudah bungkuk berjalan terseok-seok melalui oase tadi. Karena kelelahan ia beristirahat di bawah pohon yang rimbun. Belum sempat ia melepas lelah, anak muda penunggang kuda yang tertidur sebelumnya dibawah pohon tadi datang hendak mengambil bungkusan yang tertinggal.
Tatkala ia sampai, alangkah terkejutnya pemuda tersebut melihat bahwa dipohon tersebut tidak lagi menemukan bungkusan kain. Yang nampak hanyalah seorang kakek. Mka pemuda tu dengan suara keras bertanya kepada si kakek, "Mana bungkusan yang tadi disini?"

"Saya tidak tahu," jawab kakek dengan gemetar.

"Jangan bohong!" bentak si pemuda.
"Sungguh, waktu saya tiba disini,tidak ada apa-apa kecuali kotoran kambing".
"Kurang ajar! Kamu mau mempermainkan aku? Pasti engkau yang mengambil bungkusanku dan meyembunyikan disuatu tempat.. Ayo kembalikan!"
"Bungkusan itu baru kuambil dari kawan ayahku sebagai warisan yang telah dititipkan ayahku kepadanya untuk diserahkan kepadaku kalau akus sudah dewasa, yaitu sekarang ini. Kembalikan!"
"Sumpah tuan, saya tidak tahu,"sahut kakek tersebut makin ketakutan.
"Kurang ajar! Bohong! Ayo serahkan kembali. Bila tidak ,tahu rasa nanti" hardik pemuda tadi.
Karena kakek itu tidak tahu apa-apa, maka ia tetap bersikeras tidak melihat bungkusan tersebut. Si pemuda tidak bisa dapat mengendalikan kemarahannya lahi. di cabutnya pedang pendek dari pinggangnya dan akhirnya kakek tadi di bunuhnya. Setelah itu ia mencari kesana-kemari mencari bungkusan yang ia tinggalkan. Akan tetapi tidak ditemukan. Setelah itu ia naik ke punggung kuda dan memacunya ke rumahnya dengan perasaan marah dan kecewa.
Berita ini ditanyakan kepada Nabi Musa oleh salah seorang muridnya. "Wahai Nabiyullah, bukankah cerita tersebut justeru menunjukan ketidak adilan Allah?"
"Maksudmu?" tanya Nabi Musa".
"Kakek itu tidak berdosa tetapi menanggung malapetaka yang tidak patut diterimanya. Sedangkan si anak gembala yang mengantungi harta tadi malah bebas tidak mendapatkan balasan yang setimpal".
"Menurutmu Tuhan tidak adil?" ucap Nabi Musa terbelalak. "Masa Allah. Dengarkan baik-baik latar belakang ceritanya. Kemudian Nabi Musa pun bercerita, "Ketahuilah, dahulu ada seorang petani hartawan dirampok semua perhiasan harta benda miliknya oleh dua orang bandit yang kejam. setelah berhasil merampok, harta itu dibagi dua oleh perampok tersebut. Dalam pembagian harta rampokan tersebut terjadi kecurangan oleh salah seorang bandit yang tamak sehingga harta rampokkan tersebut dikuasainya sendiri setelah membunuh kawannya. Bandit yang tamak itu adalah kakek yang di bunuh oleh pemuda tadi. Sedangkan bandit yang dibunuh oleh kakek itu adalah ayah dari pemuda yang membunuh kakek tadi. Disini berarti nyawa di bayar nyawa. Sedangkan petani yang hartawan itu adalah ayah dari si pemuda gembala tadi yang mengambil bungkusan kain tadi. Itulah keadilan Tuhan. Harta kekayaan telah kembali kepada yang berhak dan kejahatan dua bandit tadi telah memperoleh balasan yang setimpal. Meskipun peristiwanya tidak berlangsung tepat pada masanya".
Di kutip dari buku"KISAH KEADILAN PARA PEMIMPIN ISLAM"KARYA : NASIRRUDIN S.AG.MM,
Syeikh Abdul Karim Zaidan pernah bercerita, bahwa pada suatu musim panen disebuah desa di Negeri Iraq, keluarlah orang-orang miskin menuju ke perkebunan mencari pekerjaan memetik buah-buahan. Dari usaha ini mereka mengharapkan upah yang akan dipergunakan untuk membeli makanan sehari-hari.
Di tengah-tengah kebun ada seorang anak laki-laki yang masih kecil belum mencapai usia baligh. Anak itu melihat gandum berserakan di tanah. Dipilihnya gandum yang berserakan itu, lalu dimasukkannya kedalam karung, kemudian pulanglah ia memikul karung itu. Dalam hatinya terbayanglah kegembiraan ibunya menerima itu karena telah beberapa waktu mereka berutang bahan makanan lantaran kemiskinan yang dialaminya.
Tiba-tiba dari kejauhan kelihatan seseorang memacu kudanya yang sangat cepat kearahnya.Timbul cemas dan ketakutan mengalir dengan cepat ke seluruh urat nadinya bagaikan darah yang mengalir keseluruh tubuhnya. Ternyata dia adalah pemilik kebun itu. Ketika pemilik kebun itu melihat anak kecil itu membawa gandum keluar dari kebunnya, direnggutnya gandum dari anak kecil itu. Gandum bertaburan diatas tanah dan anak kecil itu tidak di berikannnya kesempatan untuk memiliknya kembali. Bahkan dengan beringas, ditembaknya anak kecil itu, tepat mengenai jantungnya. Setelah itu, pemilik kebun meninggalkan anak kecil ituterkapar berlumuran darah. Pemilik kebun itu pergi seakan-akan baru saja membunuh seekor ayam. Apalah artinya seekor ayam bagi orang kaya seperti dia.
Ketika janda miskin keadaan yang menimpa anaknya,sambil menangis tersedu-sedu berlarilah ia ketempat itu. Di lihatnya anaknya telah mati berlumuran darah. Perempuan janda itu menjerit sekuat-kuatnya, melepaskan rasa duka yang menimpanya atas kematian
Anak satu-satunya, teman hidup dan tumpuan harapannya untuk masa depan. Tak seorangpun jadi tempat mengadukan musibah yang menimpa dirinya. Tak seorangpun bisa jadi tempat membagi duka nestapanya yang menimpanya. Pelan-pelan di angkatnya kedua tangan dan matanya menengadah kelangit. Sambil menangis dengan suara yang terputus-putus, dia memohon kehadirat Allah agar menghukum orang yang telah melakukan kekejaman kepada anaknya itu. Setelah itu ia membawa anaknya, dimandikan dan di sholatkan, serta dimakamkannya dengan baik.
Sementara ibu yang teraniaya itu sibuk dengan malapetaka yang menimpa dirinya.
Lelaki yang membunuh anaknya itu asyik dengan kawan-kawanya sambil ngobrol dan minum-minuman yang memabukkan di kantornya. Tiba-tiba dari jauh kelihatan suatau benda bergerak-gerak dengan cepat menuju mereka. Mereka menyangka benda itu akan membelok setelah sampai didekat kantornya. Akan tetapi dengan cepat benda itu masuk kekantornya. Benda itu adalah seekor ular besar yang menjalar dengan cepat. Ular itu langsung menuju laki-laki pembunuh itu yang berada di tenagh-tengah mereka. Orang-orang yang ada disekitarnya langsung berlarian. Mereka tak dapat berbuat apa-apalagi dan tak dapat pula membunuh ular tersebut.
Ular itu langsung membelit laki-laki pembunuh anak kecil itu dan menggigitnya dengan gigi dan lidah yang berbisa. Laki-laki tersebut menjerit kesakitan. Ular tersebut merobek-robek tubuhnya. Setelah itu, ular berlalu tanpa menyakiti orang yang berada disekitarnya. Orang yang di giggitnya itu langsung mati seketika itu juga. Semua orang yang menyaksikan peristiwa itu keheranan tak mengerti, mengapa ular tersebut hanya menggigit orang itu saja, padahal ada orang lain didekatnya. Orang-orang jadi bertanya, menyelidiki dan mengira-ngira sebab peristiwa itu.
Akhirnya terbukalah hakikat peristiwa itu yang sebenarnya. Walidani yang menjadi hakim di negeri itu, menceritakan bahwa seorang janda miskin yang teraniaya telah didengar dan dikabulkan doanya oleh Allah dengan segera. sedangkan ular itu adalah prajurit Allah yang telah melakukan tugasnya dengan baik. Ia telah memberikan hukuman pada manusia yang zalim, mewujudkan keadilan dan melimpahkan rahmat-Nya.
Peristiwa itu menjadi pelajaran yang positif bagi orang-orang yang teraniaya dan menjadi peringatan bagi manusia lainnya agar tidak melakukan perbuatan zhalim. Dan juga sebagai pelajaran, bahwa kalau Allah melambatkan terkabulnya doa orang yang teraniaya, bukanlah Allah mengabaikannya. Hanya saja bagi setiap sesuatu ada ajalnya dan bagi setiap pekerjaan ada perhitungannya. Allah mempunyai prajurit-prajurit dilangit dan di bumi yang setiap saat patuh melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan baik dan tepat. Sangat tepatlah firmAn Allah dalam Al-Quran, " Dan, tidaklah Allah itu mau berbuat aniaya terhadap hamba-Nya".

Di kutip dari buku"KISAH KEADILAN PARA PEMIMPIN ISLAM"KARYA : NASIRRUDIN S.AG.MM,
Sumber

Tidak ada komentar: